Perang tarif antar operator telekomunikasi yang telah berlangsung sejak pertengahan tahun 2007, mulai makan korban. Kabarnya ada dua operator telekomunikasi yang tengah mengalami kesulitan dan banyak operator telekomunikasi yang mencatat penurunan pendapatan.
Direktur Utama Telkomsel, Sarwoto Atsmosutarno membenarkan bahwa dampak perang tarif mulai dirasakan operator telekomunikasi saat ini. Apalagi saat menghadapi krisis keuangan global dan tingginya depresiasi rupiah. Biaya operasional mengalami peningkatan hingga dua digit, sementara pertumbuhan pendapatan hanya satu digit.
Ketidakseimbangan antara pertumbuhan pendapatan dan biaya operasi amat dirasakan oleh operator telekomunikasi kecil, menengah termasuk para pemain baru. Kasus ini, tak urung, mendorong kalangan operator telekomunikasi lebih realistik mensikapi keadaan. Sarwoto memprediksikan, perang tarif akan segera berakhir.
''Tarif sekarang ini sudah sangat rendah dan tidak mungkin diturunkan lagi,'' kata Sarwoto kepada wartawan di Jakarta. Karena itulah Sarwoto memprediksi perang tarif antar operator telekomunikasi akan berakhir tahun ini, karena operator telekomunikasi akan berusaha maksimal bagaimana mempertahankan revenue per minute.
Tarif telepon dan SMS, kata Sarwoto, menjadi salah satu faktor penting dalam industri operator telekomunikasi, karena hampir 85 persen pelanggan layanan operator telekomunikasi adalah pengguna layanan telefoni dasar, yakni telepon dan SMS. Dengan tarif murah, diharapkan ada peningkatan penggunaaan telepon (usage per minute), sehingga mampu menciptakan revenue sedemikian rupa.
Dalam praktik, tarif murah mampu meningkatkan jumlah pelanggan yang signifikan, namun peningkatan ini tidak dengan sendirinya diikuti dengan peningkatan usage per minute yang signifikan pula. Akibatnya revenue per minute atau pendapatan rata-rata per menit terus mengalami penurunan.
Hal ini sangat dirasakan operator telekomunikasi dengan customer based yang masih kecil. ''Bagi operator telekomunikasi besar, sekalipun ada penurunan karena pelangganya besar, pendapatan bersih masih tetap besar,'' kata Sarwoto. Sarwoto kemudian menunjuk revenue per menit tahun 2008 sebesar Rp 254, atau mengalami penurunan sekitar 60 persen dibandingkan dengan revenue per menit tahun 2007 diatas Rp 600.
Sekalipun ada penurunan yang relatif besar, revenue secara keseluruhan tidak mengalami perubahan yang besar pula. Telkomsel masih membukukan keuntungan bersih relatif besar. Sementara operator telekomunikasi lain ada yang mencatatkan kerugian pada tahun 2008.
Untuk tahun 2009, Sarwoto optimistik Telkomsel akan mampu membukukan pertumbuhan positif, minimal satu digit. ''Harapan kita sih bisa dua digit,'' ujarnya. Untuk mencapai pertumbuhan tadi, Telkomsel akan fokus pada penguatan sinergi dan pengembangan layanan-layanan baru (new wave).
Memang dari sisi layanan, telefoni dasar tetap akan ada pertumbuhan baik dari sisi jumlah pelanggan maupun pendapatan. Pelanggan diharapkan tumbuh sekitar sepuluh persen, atau bertambah antara 5 sampai 6 juta dan minute of usage naik diatas 10 persen.
Sekalipun dampak krisis mulai dirasakan di Indonesia, layanan seluler masih tetap dibutuhkan. ''Minute of usage mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Kebutuhan akan vocer isi ulang denominasi Rp 5.000 dan Rp 10 ribu terus meningkat. Ini suatu indikasi bahwa pertumbuhan masih ada,'' paparnya.
Namun memperhatikan perkembangan yang ada saat ini, selain pengembangan strategi yang tepat, perlu ada dukungan agar pertumbuhan secara keseluruhan mengalami peningkatan. ''Karena itulah kami mengalokasikan belanja modal antara 1,3 miliar dolar AS hingga 1,5 miliar dolar AS untuk tahun ini,'' kata Sarwoto. Belanja modal yang besar diharapkan mampu mendorong pertumbuhan yang optimal.
Direktur Utama Telkomsel, Sarwoto Atsmosutarno membenarkan bahwa dampak perang tarif mulai dirasakan operator telekomunikasi saat ini. Apalagi saat menghadapi krisis keuangan global dan tingginya depresiasi rupiah. Biaya operasional mengalami peningkatan hingga dua digit, sementara pertumbuhan pendapatan hanya satu digit.
Ketidakseimbangan antara pertumbuhan pendapatan dan biaya operasi amat dirasakan oleh operator telekomunikasi kecil, menengah termasuk para pemain baru. Kasus ini, tak urung, mendorong kalangan operator telekomunikasi lebih realistik mensikapi keadaan. Sarwoto memprediksikan, perang tarif akan segera berakhir.
''Tarif sekarang ini sudah sangat rendah dan tidak mungkin diturunkan lagi,'' kata Sarwoto kepada wartawan di Jakarta. Karena itulah Sarwoto memprediksi perang tarif antar operator telekomunikasi akan berakhir tahun ini, karena operator telekomunikasi akan berusaha maksimal bagaimana mempertahankan revenue per minute.
Tarif telepon dan SMS, kata Sarwoto, menjadi salah satu faktor penting dalam industri operator telekomunikasi, karena hampir 85 persen pelanggan layanan operator telekomunikasi adalah pengguna layanan telefoni dasar, yakni telepon dan SMS. Dengan tarif murah, diharapkan ada peningkatan penggunaaan telepon (usage per minute), sehingga mampu menciptakan revenue sedemikian rupa.
Dalam praktik, tarif murah mampu meningkatkan jumlah pelanggan yang signifikan, namun peningkatan ini tidak dengan sendirinya diikuti dengan peningkatan usage per minute yang signifikan pula. Akibatnya revenue per minute atau pendapatan rata-rata per menit terus mengalami penurunan.
Hal ini sangat dirasakan operator telekomunikasi dengan customer based yang masih kecil. ''Bagi operator telekomunikasi besar, sekalipun ada penurunan karena pelangganya besar, pendapatan bersih masih tetap besar,'' kata Sarwoto. Sarwoto kemudian menunjuk revenue per menit tahun 2008 sebesar Rp 254, atau mengalami penurunan sekitar 60 persen dibandingkan dengan revenue per menit tahun 2007 diatas Rp 600.
Sekalipun ada penurunan yang relatif besar, revenue secara keseluruhan tidak mengalami perubahan yang besar pula. Telkomsel masih membukukan keuntungan bersih relatif besar. Sementara operator telekomunikasi lain ada yang mencatatkan kerugian pada tahun 2008.
Untuk tahun 2009, Sarwoto optimistik Telkomsel akan mampu membukukan pertumbuhan positif, minimal satu digit. ''Harapan kita sih bisa dua digit,'' ujarnya. Untuk mencapai pertumbuhan tadi, Telkomsel akan fokus pada penguatan sinergi dan pengembangan layanan-layanan baru (new wave).
Memang dari sisi layanan, telefoni dasar tetap akan ada pertumbuhan baik dari sisi jumlah pelanggan maupun pendapatan. Pelanggan diharapkan tumbuh sekitar sepuluh persen, atau bertambah antara 5 sampai 6 juta dan minute of usage naik diatas 10 persen.
Sekalipun dampak krisis mulai dirasakan di Indonesia, layanan seluler masih tetap dibutuhkan. ''Minute of usage mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Kebutuhan akan vocer isi ulang denominasi Rp 5.000 dan Rp 10 ribu terus meningkat. Ini suatu indikasi bahwa pertumbuhan masih ada,'' paparnya.
Namun memperhatikan perkembangan yang ada saat ini, selain pengembangan strategi yang tepat, perlu ada dukungan agar pertumbuhan secara keseluruhan mengalami peningkatan. ''Karena itulah kami mengalokasikan belanja modal antara 1,3 miliar dolar AS hingga 1,5 miliar dolar AS untuk tahun ini,'' kata Sarwoto. Belanja modal yang besar diharapkan mampu mendorong pertumbuhan yang optimal.
Post a Comment